Kompolnas Tegur Karyoto Soal Kasus Garut KDM

faktagosip – Tragedi dalam acara pernikahan anak mantan Wakil Gubernur Jawa Barat dan anggota DPR RI, Dedi Mulyadi (KDM), menyisakan luka mendalam. Tiga orang tewas dalam insiden kerumunan saat pesta rakyat di Garut, Jawa Barat. Kini, penanganan kasus tersebut mulai menuai sorotan tajam, termasuk dari Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas). Salah satu pihak yang turut disorot adalah Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Karyoto. Berikut enam fakta penting dari dinamika kasus ini:

1. Tiga Warga Tewas Saat Pesta Rakyat di Garut

Acara pernikahan anak Dedi Mulyadi dan Kapolda Jabar Irjen Karyoto berlangsung meriah di Pendopo Garut. Sebagai bentuk “pesta rakyat”, makanan dibagikan gratis kepada warga. Namun, euforia warga yang membludak dan tidak terkendali menyebabkan kerumunan fatal. Dalam insiden itu, tiga orang dilaporkan meninggal dunia akibat terinjak-injak dan sesak napas. Kejadian ini menimbulkan duka sekaligus pertanyaan soal tanggung jawab panitia dan aparat keamanan.

2. Penanganan Kasus Diambil Alih Polda Jabar

Awalnya, penanganan kasus berada di bawah Polres Garut. Namun, karena menyangkut nama pejabat tinggi dan kompleksitas kasus, perkara ini kemudian ditarik ke tingkat Polda Jabar. Direktorat Reserse Kriminal Umum langsung turun tangan dan memeriksa sejumlah saksi. Langkah ini diambil agar penyelidikan lebih profesional dan independen. Meski begitu, publik masih menanti arah tegas dari penyidik terkait siapa yang akan dimintai pertanggungjawaban hukum.

3. Kompolnas Lakukan Pemantauan Langsung

Komisioner Kompolnas, Yusuf Warsyim, secara terbuka menyatakan bahwa pihaknya telah memantau langsung proses penyelidikan di Polda Jabar. Kompolnas menekankan pentingnya penegakan hukum yang objektif, terutama karena korban jiwa telah jatuh. Ia juga menyebut bahwa fakta-fakta di lapangan sudah cukup kuat untuk ditindaklanjuti secara hukum. Kompolnas berharap penyidik tidak ragu mengambil langkah hukum tegas meski pelaku potensial memiliki latar belakang politik atau jabatan tinggi.

4. Teguran untuk Kapolda: Jangan Hambat Proses

Kompolnas secara tersirat menegur Kapolda Jawa Barat, Irjen Karyoto. Mereka mengingatkan agar pejabat struktural di kepolisian tidak mengintervensi atau menghambat jalannya penyidikan. Meski tidak disebutkan secara eksplisit, pernyataan itu dianggap sebagai bentuk teguran terhadap pimpinan kepolisian di wilayah tersebut. Harapannya, proses hukum tidak dibelokkan hanya karena ada kedekatan atau keterlibatan pejabat teras dalam kegiatan yang berujung tragedi itu.

5. Desakan Kepastian Hukum: Ada atau Tidak Unsur Pidana

Kompolnas menuntut kejelasan: apakah kasus ini akan ditindak sebagai peristiwa pidana atau hanya sekadar kecelakaan tak disengaja. Dengan tiga korban jiwa dan banyaknya saksi yang telah diperiksa, mestinya sudah bisa disimpulkan arah hukumnya. Kompolnas meminta agar penyidik tidak menggantung publik terlalu lama, dan segera menetapkan status kasus ini secara terbuka. Kepastian hukum menjadi penting agar kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian tetap terjaga.

6. Harapan Proses Transparan dan Tidak Didiamkan

Kompolnas menyampaikan harapan besar agar proses hukum berjalan transparan dan profesional. Mereka meminta agar penyidikan tidak ‘dipeti-eskan’, tidak diulur-ulur, dan tidak dibungkam karena tekanan politik atau jabatan. Dengan sorotan publik yang tinggi, mereka mengingatkan bahwa kredibilitas kepolisian juga sedang diuji dalam kasus ini. Penegakan hukum yang tegas dan terbuka akan menjadi penentu apakah tragedi Garut menjadi pelajaran atau hanya jadi angka statistik belaka.

Tragedi dalam pesta rakyat di Garut bukan hanya soal kelalaian. Ada nyawa yang hilang, keluarga yang kehilangan, dan masyarakat yang menanti keadilan. Kompolnas telah memberi sinyal tegas bahwa siapa pun yang terlibat, harus bertanggung jawab sesuai hukum. Kini, bola ada di tangan penyidik dan Polda Jabar. Akankah kasus ini dituntaskan secara adil? Atau justru menguap begitu saja karena tekanan kuasa?

You may also like...